Senin, 22 Mei 2017

TINDAKAN UNTUK MENGURANGI BENCANA

Tindakan Untuk Mengurangi Bencana



       Kerusakan lingkungan semakin hari semakin terlihat jelas. Perlu kita memikirkan upaya apa saja yang akan kita lakukan untuk memperbaiki lingkungan kita agar terciptanya K3 (ketertiban, kebersihan, dan keindahan).               
        Pengurangan Resiko Bencana adalah konsep dan praktik mengurangi resiko-resiko bencana melalui upaya-upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab bencana, termasuk melalui pengurangan keterpaparan terhadap ancaman bahaya, pengurangan kerentaan penduduk dan harta benda, pengelolaan lahan dan lingkungan secara bijak dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap peristiwa-peristiwa merugikan.  
         Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana ini diharapkan dapat mencapai tujuannya dengan optimal. Adapun tujuan dari Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana adalah memberikan Pengetahuan dan Wawasan kepada masyarakat khususnya Peserta Sosialisasi tentang Pengurangan Resiko Bencana. Maka dari itu masyarakat harus mampu :
Mengelola SDA secara Bijaksana
Manusia memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, artinya manusia boleh bertindak sewenang – wenang terhadap alam atau lingkungannya. Tetapi jika sumber daya alam tidak di manfaatkan dengan sebaik – baiknya akan mengakibatkan kerusakan alam. Maka dari itu SDA harus dikelola dan dimanfaatkan dengan baik cara memanfaatkan dan mengelola SDA tersebut diantaranya :
a. Tidak membuang sampah sembarangan                            
Sampah yang menumpuk dapat menyebabkan aliran air tersumbat. Akibatnya  saat musim hujan dapat mengakibatkan terjadinya banjir
b. Tidak melakukan penebangan pohon secara liar                                    
Penebangan liar akan membuat hutan gundul sehingga dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor
c. Lakukan reboisasi atau penghijauan agar hutan berfungsi dengan baik   
Dengan melakukan reboisasi akan mencegah terjadi tanah longsor dan banjir di kawasan hutan.
d. Tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar hutan 
Membersihkan lahan dengan cara membakarnya. Saat musim kemarau akan menyebabkan hutan mudah terbakar secara cepat
e. Berhati – hati dan tidak ceroboh saat melakukan aktivitas di dalam hutan
Tindakan kecerobohan seperti membuang putung rokok sembarangan atau mematikan api di dalam hutan dapat menyebabkan kebakaran hutan
f. Penanaman hutan bakau di sepanjang pesisir pantai                            
Selain untuk mencegah abrasi pantai, hutan bakau berfungsi pula untuk sebagai beteng untuk mengurangi hantaman gelombang tsunami ke daratan.
      2. Membuat Sistem Peringatan dini
Bencana alam bisa datang tanpa diduga – duga sebelumnya. Untuk mencegah dampak buruk / kerugian yang lebih besar, manusia perlu mengetahui secara dini tanda – tanda/ gejala terjadinya bencana alam.Untuk itulah dilakukan usaha – usaha untuk membuat peringatan dini umtuk menghadapi bensana yang datang sewaktu – waktu.Misalnya membuat:

a. Sistem peringatan dini tsunami, yaitu membuat sistem yang dirancang untuk membuat tsunami, memberi peringatan kepada masyarakat untuk mencegah jatuhnya korban. 
Sistem ini terdiri atas 2 bagian :
Peralatan sensor yang dipasang dipantai untuk mendeteksi adanya tsunami
Jaringan komunikasi untuk memberikan peringatan dini  adanya bahaya tsunami kepada masyarakat diwilayah yang terancam bahaya. Semakin cepat informasi yang diterima, maka semakin cepat pula proses evakuasi di lakukan.
b. Sistem peringatan dini gunung merapi                                                                            
Gunung yang masih aktif selalu dipantau aktivitasnya oleh [os pengamatan gunung berapi yang terletak beberapa kilometer dari gunung tersebut. Pos pengamaytan tersebut memiliki peralatan khususyang dapat memberika informasimengenai aktifitas gunung api. Petugas yang bertugas di pos pengamatan akan memberikan laporan ke daerah – daerah yang terancam bahaya mengenai status gunung api tersebut serta tindakan – tindakan yang harus dilakukan untuk mengantisipasinya. Status gunung api dan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Status
Makna
Tindakan
Awas
Gunung api akan segera atau sedang meletus, atau dalam keadaan kritis yang dapat menimbulkan bencana
Wilayah yang terancam behaya dikosongkan , koordinasi dan piket penuh
Siaga
Gunung api sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
Penyuluhan di wilayah bahaya, penyiapan sarana darurat, koordinasi harian, dan piket penuh
Waspada
Ada aktivitas apapun bentuknya dan terdapat kenaikan aktivitas di atas tingkat normal
Penyuluhan kepada masyarakat , penilaian bahaya, pengecekan sarana, pelaksanaan piket terbatas
Normal
Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
Pengamatan rutin
c. BMG ( Badan Meteorologi dan Geofisika )
Badan Meteorologi dan Geofisika atau BMG adalah salah satu Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang berfungsi untuk melaksanakan tugas – tugas pemerintah di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika. Salah satu tugasnya adalah melakukan pengamatan cuaca di wilayah Indonesia. BMG dapat membuat prakiraan cuaca pada suatu hari berdasar data – data yang diperoleh dari satelit. Perkiraan cuaca dapat dijadikan acuan bagi lembaga atau masyarakat yang membutuhkan informasi. Lalu masyarakat atau lembaga tersebut dapat mengantisipasi agar terhindar dari bahaya atau bencana alam akibat cuaca yabf buruk.
d. Penyuluhan dan penyebarluasan Informasi
Masyarakat Indonesia harisnya mengetahui bahwa negara kita terletak di daerah yang rawan bencana. Informasi dan pengetahuan yang benar mengenai bencana alam dan langkah – langkah penyelamatannya sangat diperlukan masyarakat. Hal ini berfungsi untuk menyelamatkan diri dan mengurangi kerugian yang ada akibat bencana alam. Misalnya informasi tentang surutnya air laut secara tiba – tiba sebagai tanda awal tsunami . Penyuluhan dan penyebarluasan informasi dapat juga melalui desa, kelurahanatau melalui media cetak maupun media elektronik,
       3. Pembangunan fisik yang direncanakan dengan baik
a. Pembangunan berwawasan lingkungan, artinya pembangunan dilakukan dan direncanakan secara baik dengan memperhatikan kondisi lingkungan alam serta dampak yang ditimbulkan dari pembangunan itu. Usaha yang dapat dilakukan antara lain penataan bengunan perumahan di daerah pegunungan, sehingga tidak menimbulkan longsor
b. Pendirian Bangunan tahan gempa
Di daerah yang rawan gempa , pembangunan rumah dan bangunan lainnya dibuat dengan konstruksi khusus tahan gempa. Di jepang, kebanyakan rumahnya di buat tahan gempa. Hal ini disebabkan karena di sana Jepang merupakan negara yang rawan akan gempa bumi, sehingga diperlukan bangunan yang tahan gempa dan selalu mengembangkan teknologinya untuk membuat bangunan yang tahan gempa.

Cara Mencegah dan Menanggulangi Bencana Alam

 A. Banjir
          Banjir adalah meluapnya aliran sungai akibat air  melebihi kapasitas tampung sungai, sehinngaa meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Banjir menjadi masalah apabila banjir tersebut memberikan dampak kerusakan atau dampak negatif terhadap lingkungan manusai, antara lain :
Kerusakan prasarana
Tergangguanya aktivitas manusia dan aktivitas ekonomi
Menurunnya kualitas hidup
1.  Faktor-faktor penyebab banjir
   Pengaruh aktivitas manusia : penggundulan hutan, pembangunan pemukiman
   Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) : kondisi geografi, topologi yang cekung, aliran sungai
   Peristiwa alam yang bersifat dinamis : curah hujan yang tinggi, pendangkalan dasar sungai, terjadinya pembendungan, penurunan muka tanah atau ambles
2.  Mengurangi resiko banjir
   Kegiatan fisik (struktur) : pembangunan waduk, tanggul di pinggiran sungai, kanal-kanal, pembangunan interkoneksi, pembangunan polder, dan penelusuran sungai
   Kegiatan nonstruktur :pengelolaan dataran banjir, konversi tanah dan air di hulu sungai, penanggulangan banjir
   Kombinasi upaya struktur dan nonstruktur
3.  Mengatasi banjir
   Tindakan-tindakan persiapan banjir
   Tindakan-tindakan saat terjadi banjir
   Usaha pasca bencana banjir

B. Tanah Longsor
        Tanah longsor adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang lebih besar. Gejala umum terjadi tanah longsor :
   Keretakan lantai dan tembok pada bangunan
   Ambles sebagian lantai kontruksi
   Terjadi penggembungan pada tebing lereng
   Miringnya pohon-pohon
   Munculnya rembasan air
   Muka air sungai naik beberapa cm dan air sungai menjadi keruh secara tiba”
   Runtuhnya sebagian tanah
1.  Faktor-faktor penyebab terjadi longsor :
   Meningkatnya sudut lereng karena kontruksi baru
   Meningkatnya kandungan air
   Hilangnya tumbuh-tumbuhan karena kebakaran
   Berubahnya materi-materi lereng
   Getaran akibat gempa bumi
   Penambahan beban oleh hujan
2.  Mengurangi resiko bencana tanah longsor
   Survey dan pemetaan kawasan yang rentan   Pemasangan rambu-rambu
   Peraturan tata guna tanah
   Perbaikan sarana
   Pendidikan masyarakat
   Pemantauan dan peringatan
3.  Mengatasi Tanah Longsor
   Menetahui dan menghindari kawasan rawan bencana
   Memahami tindakan-tindakan ketika terjadi dan pasca bencana longsor
C.  Tsunami
      Tsunami adalah istilah untuk gelombang raksasa yang bergerak cepat dan tiba-tiba, yang diakibatkan oleh pergeseran di dasar laut. Tanda-tanda akan terjadinya tsunami :
   terdapat getaran kuat yang dapat dirasakan di sekitar pantai
   setelah getaran mereda, air laut di pantai surut tiba-tiba
   tsunami akan datang kira-kira 15 menit setelah gempa
   gelombang pertama datang tidak terlalu besar, dan berikutnya adalah yang berbahaya
   perhatikan tingkah laku hewan
1.  Mengurangi Resiko Tsunami
   perlindungan garis pantai
   system peringatan dini
   pendidikan dan pembelajaran
   kemitraan
   pemetaan kawasan rawan dan tempat evakuasi
   penyiapan posko bencana
   satgas penanganan bancana
2.  Mengatasi Tsunami
   mengetahui kawasan rawan tsunami
   memahami tindakan-tindakan persiapan, menjelang, saat terjadi, dan pasca terjadi
3.  Penyelamatan dan Pemulihan
   pemerintah dibantu masyarakat dan pihak-pihak lain
   prioritas dalam pemulihan
D. Gempa bumi
       Gempa bumi adalah sentakan asli dari bumi yang bersumber didalam bumi, merambat melalui permukaan, dan menembus bumi. Cara yang paling sering dipakai untuk mengukur besar suatu gempa adalah skala richter. Bentuk kerusakan laingkungan akibat gempa :
   Rusaknya fasillitas lingkungan
   Amblesnya permukaan tanah
   Gempa bumi laut menghasilakn tsunami
1. Mengurangi resiko gempa bumi
   Memetakan gempa bumi
   Monitoring gempa bumi
   Memperkirakan gempa
   Penerangan tentang gempa
2.  Mengatasi gempa bumi
Langkah-langkah mengatasinya :
   Mengenal daerah rawan gempa
   Mengamati perilaku hewan
   Memahami tindakan-tindakan sebelum, saat, dan setelah terjadi gempa bumi
   Penyelamatan dan pemulihan
Tindakan yang harus dilakukan :
Melakukan evakuasi dan mendirikan tenda pengungsian bagi korban
Melakukan penyelamatan
Menyediakan bantuan medis
Menyediakan MCK, air, makanan, dan minuman
Menyediakan pendidikan darurat
Melakukan pemulihan psikologis pada korban
Memperbaiki dan membangun kembali gedung, sarana,fasilitas dll.
E.  Gunung meletus
      Sifat letusan gunung api terbagi menjadi dua, yaitu effusive (meletus secara perlahan) dan eksplosif (meleeetus secara meledak-ledak). Material-material yang dikeluarkan saat gunung meletus beruap abu, pasir,batuan,krikil kecil, cairan-cairan silikat, solfatar, asam arang, dan mofet. Tanda-tanda gunung meletus :
   Terjadi peningkatan suhu didaerah sekitar kawah
   Sumber-simber air yang kering
   Sering terjadi gempa vulkanik
   Sering terdengar suara gemuruh
   Turunnya binatang- binatang dari puncak didaerah kaki gunung
Kerusakan lingkungan yang tejadi :
   Timbul banyak korban
   Bertebaran debu gunung api yang dapat membahayakan penerbangan udara
   Rusaknya lahan pertanian
   Rusaknya semua material
   Terbakarnya hutan
   Keringnya sumber-sumber air
   Rusaknya lingkungan sekitar
1. Mengurangi resiko gunung api
   Memanfaat gunung api
   Tidak mengekploitasi gunung api
   Memahami bahaya letusan gunung api
2. Mengatasi bencana letuasan gunung api
   Sebelum terjadi letusan
   Saat terjadi letusan gunung api
   Saat terjadi letusan
   Setelah letusan gunung api
Mitigasi Bencana Gempa Bumi
        Mitigasi bencana, menurut UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana, dalam hal ini ancaman gempa bumi, serta bertujuan mengurangi dan mencegah risiko kehilangan jiwa serta perlindungan terhadap harta benda dengan pendekatan struktural dan nonstruktural. Mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari satu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko yang membahayakan yang di akibatkan oleh ulah manusia dan bahaya alam yang sudah diketahui, serta  proses perencanaan untuk respon yang efektif terhadap bencana-bencana yang benar-benar terjadi.
Tujuan mitigasi pada umumnya adalah untuk menghindari bencana yang terjadi, misalnya gempa bumi.
       Gempa bumi dapat diartikan sebagai getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi umumnya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi) yang menimbulkan guncangan atau getaran bagi bangunan di atasnya.. Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Dalam pengukuranya, terdapat 2 satuan umum yang biasa digunakan secara internasional yaitu
Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia
Skala rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude.
Pengertian Selanjutnya :
     Manajemen bencana merupakan bagian utama dan strategis dalam penanganan suatu bencana. Sangatlah penting untuk meningkatkan kesadaran seluruh umat manusia akan bencana alam, khususnya melalui pemahaman yang lebih baik mengenai bencana alam tersebut. Serta upaya mengurangi resiko bahaya melalui kemampuan teknologi dan manajemen. Salah satu bagian terpenting manajemen bencana adalah mitigasi.
      Mitigasi berarti mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh dari satu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang procedural. Perlu penggunaan teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan.
Beberapa langkah awal yang dapat dilakukan dalam mitigasi bencana gempa antara lain:
       pemetaan daerah rawan gempa yang bisa dilakukan oleh lembaga riset atau perguruan tinggi. Hasil penelitian itu dapat dijadikan landasan untuk kebijakan pemerintah pusat dan daerah serta untuk peningkatan kesadaran masyarakat terhadap ancaman bencana. Kejadian gempa masa lampau dan pencatatan yang akurat dari luas lahan dan pengaruh-pengaruhnya. Kecenderungan gempa bumi untuk muncul lagi di daerah-daerah yang sama setelah masa seratus tahun. Perencanaan lokasi untuk mengurangi kepadatan penduduk di perkotaan di daerah- daerah geologi yang diketahui dapat melipat gandakan getaran-getaran bumi.
Dari data tersebut pola bencana gempa bumi dapat dicermati  untuk sebagai dasar perencanaan mitigasi bencana gempa bumi. Prediksi seorang pakar seismologi dari ITB, berdasarkan kajian ilmiah seismologi memprediksi akan ada gempa dengan skala 8,9 richter dan tsunami 15 meter di daerah Sumatra. Meskipun bencana gempa bumi tidak bisa diketahui kapan persis terjadinya, paling tidak prediksi tersebut dapat dijadikan perencanaan mitigasi yang cermat dan tepat.
Program penting lain dalam mitigasi adalah adanya aturan tentang pendirian bangunan, baik perumahan, perkantoran, maupun fasilitas publik dengan konstruksi yang tahan gempa, sehingga bisa meminimalisasi korban jiwa. Hal ini sering disebut mitigasi struktural karena menekankan pada penguatan seluruh bangunan fisik. Pemerintah sampai saat ini belum mampu mengeluarkan  building codes dan peraturan keselamatan bangunan berdasar zonasi kegempaan. Strategi mitigasi struktural tersebut adalah melakuikan rekayasa bangunan-bangunan untuk menahan kekuatan getaran. Undang-undang bangunan gempa, kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan undang-undang bangunan dan dorongan akan standar kualitas bangunan yang lebih tinggi harus terus diupayakan. Konstruksi dari bangunan-bangunan sektor umum yang penting menurut standar tinggi dari rancangan teknik sipil. Memperkuat bangunan-bangunan penting yang sudah ada yang diketahui rentan.
Langkah mitigasi lain yang penting adalah pembuatan jalur-jalur evakuasi serta rambu-rambu, seperti tanda pintu darurat untuk membantu warga pada saat melakukan evakuasi jika bencana gempa bumi terjadi. Pembuatan jalur ini penting untuk mengurangi kemacetan, saat gempa lalu serta untuk mengurangi risiko terjadi kecelakaan. Pembuatan jalur ini perlu diikuti penyuluhan dan latihan evakuasi bagi pengguna jalan raya, latihan atau simulasi menyelamatkan diri atau keluar secara aman dan tidak panik saat menggunakan tangga darurat di gedung-gedung tinggi saat keluar dari pusat perbelanjaan, pasar, dan sekolah, serta cara berlindung di tempat yang aman saat gempa terjadi. Latihan dalam evakuasi gempa tersebut merupakan pendidikan dalam mitigasi gempa yang sangat penting dilakukan. Seharusnya latihan dan simulasi hal ini merupakan kurikulum wajib yang harus dilakukan setiap tahun bagi semua sekolah, kantor dan  tempat-tempat umum lainnya. Sehingga kelemahan dan kekurangan yang terjadi senantiasa dapat diperbaiki.
Tanggap darurat gempa adalah mitigasi lain yang harus dipersiapkan saat terjadinya bencana. Peningkatan kemampuan menghadapi ancaman dengan cara pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang pertolongan pertama, penyiapan peralatan kesehatan dan kebutuhan dasar, Organisasi tanggap darurat yang telah dibentuk pemerintah sampai tingkat pemerintahan tertentu di daerah jangan hanya sekedar di atas kertas. Perlu terus dilakukan reorganisasi dan konsolidasi secara berkala sehingga saat terjadi bencana organisasi Tanggap Darurat di daerah hanya menjadi macan ompong
Mitigasi nonstruktural dapat dilakukan dengan memperkenalkan atau menerapkan asuransi bencana di daerah yang rawan sehingga masyarakat tidak harus menunggu bantuan pemerintah atau donatur saat harus melakukan pemulihan pascabencana dan masyarakat dapat kembali melakukan berbagai aktivitas sosial dan ekonomi lebih segera.

Kesimpulan dari Tindakan Mengurangi Bencana :
       Melihat pentingnya upaya mitigasi bencana alam tersebut, tampaknya harus segera dilakukan oleh semua pihak yang diprakarsai oleh departemen sosial. Mitigasi gempa tersebut harus dilakukan secara terpadu, terus-menerus, dan dilakukan semua pihak, sehingga kerugian cacat fisik, jiwa dan harta benda,dapat diminimalkan. Berbagai kejadian mengenaskan yang terjadi dalam bencana gempa tersebut adalah merupakan pengalaman berharga. Seringkali penyesalan itu terulang lagi hanya karena tidak ada inisiatif untuk memulai mitigasi bencana yang sangat penting ini. Maka dari itu mulailah kita memelihara lingkungan sekitar.



sumber :

https://kartikaafriyanti.blogspot.co.id/2015/05/tindakan-untuk-mengurangi-bencana.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar